UNGKAPAN,MAKASSAR – Harga batu bara global kembali ambles dan mencatat rekor terendah sepanjang tahun ini. Menurut data Refinitiv, harga pada perdagangan kemarin tercatat sebagai penurunan paling tajam yang terjadi sepanjang tahun.
Dilansir dari berbagai sumber pada 13 Agustus 2025, harga batu bara yang sempat berada dalam tekanan terus merosot dalam beberapa waktu terakhir. Data Trading Economics memperlihatkan bahwa per 8 Agustus 2025, harga kontrak berjangka Newcastle turun menjadi sekitar US$ 113,20 per ton—sekitar 0,48% turun dari hari sebelumnya. Meskipun sempat menguat 2,68% dalam sebulan terakhir, harga saat ini tetap lebih rendah sekitar 22,5% dibandingkan tahun lalu.
Penurunan harga ini dipicu oleh sejumlah faktor global, termasuk turunnya impor batu bara dari konsumen utama seperti Tiongkok yang menghadapi kelebihan stok dan permintaan domestik yang melemah. Situasi serupa juga tercermin di India yang mulai membatasi impor, serta kondisi pasokan global yang berlimpah.
Menurut Steve Hulton, Wakil Presiden Senior Pasar Batu Bara di Rystad Energy, meski pasar sedang tidak stabil, diperkirakan harga tidak akan berada di bawah US$ 100 per ton untuk jangka panjang. Alasannya karena produsen dengan biaya tertinggi mulai kesulitan beroperasi di bawah level tersebut.
Ketua Umum APBI, Priyadi, menyampaikan bahwa para pelaku industri tambang harus siap menghadapi situasi pasar yang sangat tidak menentu. Peristiwa kali ini menurutnya bukan semata siklus ekonomi biasa, namun dipengaruhi oleh faktor geopolitik yang memperburuk dinamika pasar.
Penurunan harga batu bara global saat ini merupakan tekanan terbesar dalam tahun 2025, dengan nilai berada di sekitar level terendah sepanjang tahun—menyentuh titik yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kondisi ini menuntut respon cepat dari pelaku industri, yang perlu mempersiapkan strategi adaptif dan efisiensi operasional agar tetap bertahan.
