Dewan Makassar Respons Kebijakan Pemerintah Soal Penggunaan Bahasa Portugis dalam Kurikulum Nasional

UNGKAPAN, MAKASSAR – Rencana Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, untuk memasukkan bahasa Portugis ke dalam kurikulum nasional mendapat beragam respons dari berbagai kalangan.

Salah satunya datang dari Anggota Komisi D DPRD Kota Makassar, Muchlis A Misbah, yang menilai wacana tersebut positif, namun belum menjadi kebutuhan mendesak bagi dunia pendidikan di Makassar.

“Saya rasa wacana penambahan bahasa asing seperti Portugis itu baik, tapi bukan hal yang paling mendesak untuk kita di Makassar. Saat ini yang perlu diperbanyak adalah pendidikan agama dan pendidikan moral,” ujar Muchlis, Senin (27/10).

Ia menegaskan, selain bahasa Inggris yang sudah menjadi standar internasional dan bahasa Mandarin yang memiliki nilai ekonomi global, penambahan bahasa lain perlu dikaji berdasarkan kebutuhan nasional dan karakter daerah.

Namun di sisi lain, katanya, penurunan moralitas di kalangan generasi muda justru menjadi persoalan nyata di lapangan. Ia pun menyinggung mengenai angka penderita HIV di Makassar yang terus meningkat karena disebabkan oleh pergaulan bebas.

“Laporan terakhir dari hasil rapat monitoring Komisi D dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, jumlahnya sudah lebih dari 400 lebih kasus,” ujarnya.

“Selain itu, perilaku menyimpang seperti LGBT juga makin bertambah. Ini semua berakar dari turunnya moralitas dan akhlak,” jelasnya.

Politisi Hanura itu menilai sekolah-sekolah umum perlu menyeimbangkan antara ilmu pengetahuan dan pendidikan karakter. Menurutnya, kemajuan teknologi dan keterbukaan informasi menuntut generasi muda memiliki benteng moral yang kuat agar tidak mudah terpengaruh arus globalisasi.

Menurut Muchlis, penguasaan bahasa asing memang penting untuk memperluas wawasan generasi muda. Namun, di tengah berbagai persoalan sosial yang dihadapi Kota Makassar, ia menilai ada hal yang lebih fundamental untuk diperkuat, yakni pendidikan moral dan akhlak di kalangan pelajar.

Baca juga:  Sekda Makassar Sambut Evaluator KemenpanRB Bahas Evaluasi AKIP 2025

“Kita tidak menolak kemajuan, tapi kita harus punya arah yang jelas. Generasi cerdas itu tidak hanya pandai berbicara dalam bahasa asing, tapi juga memiliki akhlak yang baik dan tanggung jawab sosial yang tinggi,” tambahnya.

Muchlis berharap wacana penambahan bahasa Portugis dalam kurikulum dapat diiringi dengan penguatan nilai-nilai karakter di sekolah.

Sebab, kata dia, keberhasilan pendidikan bukan diukur dari banyaknya bahasa yang dikuasai siswa, tetapi dari sejauh mana mereka mampu menerapkan nilai moral dalam kehidupan sehari-hari. “Akhlak yang baiklah yang menjaga arah hidup mereka,” pungkasnya.