UNGKAPAN, MAKASSAR – Tanaman cabai tidak hanya menjadi komoditas hortikultura biasa di Lorong Wisata Silves, tetapi juga menempati posisi sentral di dalam pengembangan pertanian di kawasan ini.
Tanaman cabai yang tumbuh subur dibudidayakan dengan menggunakan kemasan plastik polibag oleh emak-emak yang tergabung dalam kelompok wanita tani (KWT).
Lorong Wisata Silves yang terletak di Jalan Pelita Raya, Lorong 02 RT 01-RW 01, bukan sekadar tempat wisata berbasis lorong semata.
Sebagai lorong percontohan “pilot project” dari Pemerintah Kelurahan Ballaparang, lorong ini telah menjadi daya tarik bagi banyak orang, mulai eksekutif hingga pelajar. Lorong Wisata Silves menjadi tujuan utama untuk studi atau penelitian.
Datang berkunjung ke lorong ini, selain dapat melihat secara langsung hamparan tanaman cabai berjejer di jalanan setapak, pengunjung juga bisa secara nyata menemukan aneka tanaman antara lain ada bawang, kangkung, selada dan pakcoy tumbuh subur dibudidayakan menggunakan metode polibag dan hidroponik.
Tidak hanya pada tanaman saja, di sini juga hadir peternak maggot dan ekoenzim yang tentu bermanfaat untuk pertanian di lorong.
Kepala Kelurahan Ballaparang, Ryan Tarukallo menyampaikan, Lorong Wisata Silves adalah salah satu dari 14 lorong terpilih sebagai lorong percontohan. Lorong ini pun telah banyak dikunjungi tamu bukan hanya yang berasal dari Kota Makassar.
Lorong Wisata Silves dengan nama yang diadopsi dari Portugal juga telah disentuh program-program SKPD. Mulai dari pembibitan tanaman, perikanan dan UMKM termasuk bentuk pendampingan pembuatan perizinan dan pemasaran produk berbasis digital.
“Ada pelibatan OPD dalam melakukan pembinaan di lorong wisata, khususnya di Lorong Wisata Silves ini,” katanya.
Selain keindahan hortikultura, Lorong Wisata Silves menjadi rumah bagi berbagai usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Penjual kue tradisional, pengolahan minyak jelantah, laundry, dan toko pakaian online adalah contoh nyata bagaimana lorong ini tidak hanya menjadi tempat untuk menikmati keindahan alam tetapi juga tempat berkembangnya usaha lokal.
“Pernah kami sempat melaksanakan festival bagi para pelaku UMKM. Di situ kami melibatkan semua unsur baik LPM, pemuda dan paguyuban untuk mengawal kegiatan. Kegiatannya saat itu kami membuat pasar murah dengan menjual sembako dengan harga murah dan menampilkan produk UMKM dari lorong wisata kami,” ucapnya. (**)