UNGKAPAN.ID, MAKASSAR – Kinerja ekspor Sulsel makin perkasa. Pada Juli 2022, tumbuh 47 persen dari tahun lalu. Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel mencatat ekspor pada Juli 2022 tercatat 160,32 juta dolar AS atau setara Rp2,4 triliun lebih (kurs Rp15.233).
Pencapaian perdagangan Sulsel tersebut sangat menggembirakan. Meningkat drastis dari pencapaian ekspor di periode yang sama tahun lalu yang hanya menghasilkan 109,06 juta dolar AS atau Rp 1,6 triliun lebih.
Ada lima komoditas unggulan yang mendongkrak ekspor Sulsel. Nikel masih mendominasi dengan kontribusi hingga 56,25 persen. Kemudian disusul biji-bijian berminyak (14,18 persen), besi dan baja (12,16 persen), getah dan damar (5,78 persen), serta ikan dan udang (5,33 persen).
Kepala BPS Sulsel Suntono menyebut pencapai ekspor Sulsel sangat menggemberikan. Apalagi, ditopang dengan naiknya harga komoditas dunia.
Negara tujuan ekspor Sulsel pada Juli masih terbesar ke Jepang, kontribusinya hingga 59,65 persen. Negara lain yang menyerap komoditas Sulsel di antaranya Tiongkok (36,03 persen), Bangladesh (1,41 persen),dan Australia (0,84 persen).
“Ekspor ke Timor Leste juga besar, porsinya 0,63 persen,” sebut Suntono, kemarin.
Meski ekspor cukup kencang, kegiatan impor juga ternyata meningkat. Nilai impor Juli mencapai 113,00 juta dolar AS atau Rp1,7 triliun lebih. Impor pada Juli naik hingga 59,77 persen sebesar 42,27 dolar AS atau Rp640 miliar lebih.
“Ada kenaikan 42,27 juta dolar AS,” lanjutnya.
Sulsel masih bergantung komoditas dari Tiongkok, Thailand, Singapura, Malaysia, dan Argentina. Didominasi dari Bahan Bakar Mineral (BBM) sebesar 37,75 persen, gula dan kembang gula 19,1 persen.
“Olahan makanan hewan juga sebesar 15,04 persen, gandum-ganduman 9,69 persen, dan mesin-mesin 8,26 persen,” sebutnya.
Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sulselbar Arief R Pabettingi, menyebut komoditas Sulsel yang konsisten saat ini adalah rumput laut, kakao, ikan olahan segar, cumi-cumi, udang, dan beberapa komoditas pertanian.
Terkait komoditas lain, Arief menyebut pihaknya saat ini masih mempersiapkan porang sebagai pilihan.
“Ada beberapa memang yang harus di-upgrade sehingga bisa menjadi primadona ekspor berikutnya,” terangnya.
Hanya saja, komoditas Sulsel belum tinggi nilainya lantaran masih bentuk gelondongan. Belum ada pengolahan. Ekspor porang lebih banyak ke Tiongkok dalam bentuk mentah.
“Saat ini kebijakan dimudahkan dengan menerima bentuk porang yang belum diolah, yaitu yang masih berbentuk bulat,” tuturnya.
Pria yang hobi bulu tangkis ini mengemukakan, krisis yang terjadi di beberapa negara memang berhasil membuat gejolak pasar, khususnya ekspor. Sebab, ini akan berpengaruh dalam mengurangi tingkat order barang.
“Tentunya, pasar Asia masih mendominasi 70 persen dari total ekspor Sulsel,” jelasnya.
Terdekat sekarang ialah masalah penguatan mata uang dolar Amerika Serikat terhadap rupiah.
“Ini tentu juga memengaruhi perdagangan ekonomi dunia terganggu,” paparnya.
Kepala Dinas Perdagangan Sulsel Ashari Fakhsirie Radjamilo membeberkan jelang 2023 porang dipersiapkan menghadapi pasar ekspor. Selain itu, komoditas lain ialah briket dan bat guano.
“Saat ini tiga itu yang berpotensi. Kalau Bat guano itu saat ini lagi diminati oleh Amerika, termasuk London. Itu adalah kotoran burung yang diekspor keluar dan bisa dijadikan pupuk,” jelasnya.