UT Hadirkan Danny Bahas Revolusi Mental untuk Peserta OSMB

UT Hadirkan Danny Bahas Revolusi Mental untuk Peserta OSMB

UNGKAPAN, MAKASSAR – Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto tampil menjadi pembicara dalam acara Orientasi Studi Mahasiswa Baru (OSMB) Tahun Ajaran 2024/2025 di Universitas Terbuka (UT), Sabtu (14/09/2024).

Pada kesempatan tersebut, Danny membawakan materi tentang Revolusi Mental. Menurutnya, revolusi adalah perubahan yang berlangsung cepat, sementara mental adalah sebuah kekuatan yang tidak mudah untuk dibangun.

Menurutnya, seseorang bisa kuat secara fisik, namun tidak selalu memiliki kekuatan mental yang tangguh. Revolusi Mental merupakan perubahan cepat yang lebih menekankan pada aspek mental atau kekuatan batin.

“Kekuatan mental itu tidak gampang, orang boleh kuat secara fisik tapi belum tentu kuat secara mental. Lebih rupa dengan cepat adalah mentasi,” jelas Danny dalam materinya.

Danny juga menekankan bahwa berbicara soal mental sama dengan membahas daya tahan atau resilience. Tidak hanya lingkungan yang harus tahan banting, tetapi juga aspek sosial.

Ia menyebutkan, Revolusi Mental penting dilakukan karena kondisi dunia saat ini sedang tidak stabil. Revolusi ini dianggap sebagai jawaban bagi Indonesia untuk menjadi bangsa yang unggul.

“Kenapa kita harus melakukan Revolusi Mental? Karena dunia hari ini tidak baik-baik saja. Sehingga membuat Indonesia unggul dengan revolusi mental adalah sebuah jawaban dari kondisi hari ini,” tuturnya.

Danny kemudian membahas tentang metabolisme ekosistem dan bencana populasi. Peningkatan populasi mengakibatkan industrialisasi, eksploitasi sumber daya, dan penggundulan hutan, yang semuanya berdampak pada pencemaran lingkungan serta perubahan iklim.

Kenaikan suhu bumi hingga 1,4 derajat dan pencairan es di kutub menyebabkan kenaikan permukaan laut serta ancaman terhadap biodiversitas.

Deforestasi, lanjutnya, juga berakibat pada berkurangnya lahan subur, yang menurunkan produksi pangan, memicu resesi ekonomi dan kemiskinan, serta memunculkan potensi bencana geopolitik dan bencana pangan.

Baca juga:  Fatmawati Rusdi Ingatkan Warga Tetap Taat Prokes 5M di Bulan Ramadan

“Kemungkinan terjadi bencana pangan, dan inilah yang paling ditakuti hari ini. Setelah bencana pangan terjadi bencana sosial, perang dunia, demolisasi, dan kepunahan. Kita sudah ada di ujung-ujung dari proses itu,” jelasnya.

Melihat tantangan tersebut, Danny menekankan bahwa kita tidak boleh diam. Ada berbagai intervensi yang bisa dilakukan, seperti pembatasan populasi, intervensi politik, intervensi sosial, teknologi, serta tata ruang untuk menciptakan kota yang tangguh atau Resilient City. Salah satu fokus utamanya adalah dekarbonisasi dan oxigenisasi untuk melindungi lapisan ozon.

“Resilient City disitulah Revolusi Mental, bagaimana ketahanan sebuah kota,” lanjutnya.

Danny menekankan inti dari semua intervensi tersebut adalah perubahan perilaku masyarakat. Jika ingin menyelamatkan dunia, perilaku kita harus diubah melalui Revolusi Mental.

“Kalau kita ingin menyelamatkan dunia, perilaku harus diubah. Apa bentuknya? Revolusi Mental,” tambahnya. (**)