Belajar dari Cafe Tulus, Mahasiswa Difabel Unhas Didorong Kelola Kafe Inklusif

Mahasiswa difabel bersama relawan pendamping berkumpul mengikuti Career Talk Bareng Teman Difabel

UNGKAPAN, MAKASSAR — Suasana hangat penuh inspirasi terasa di Ruang LPMPP B, Perpustakaan Universitas Hasanuddin, Sabtu (10/5/2025). Sebanyak 25 mahasiswa difabel bersama relawan pendamping berkumpul mengikuti Career Talk Bareng Teman Difabel, sebuah kegiatan yang mengangkat tema inklusivitas dalam dunia kerja: “Mengelola Kafe dengan Kesadaran Inklusif.”

Kegiatan ini digagas oleh Subdirektorat Penyiapan Karir, Direktorat Kemahasiswaan Unhas, sebagai bentuk nyata perhatian kampus terhadap pengembangan karier seluruh mahasiswanya, termasuk mereka yang hidup dengan disabilitas.

Sorotan utama acara ini adalah kehadiran Fadly Rachman, Program Development Manager Cafe Tulus dan AksesHUB, yang dengan penuh semangat membagikan kisah perjuangannya membangun Cafe Tulus—kafe inklusi pertama di Makassar. Sebuah ruang usaha yang bukan hanya menyajikan kopi, tapi juga keadilan, kesetaraan, dan harapan.

“Saya mulai berinteraksi dengan teman-teman disabilitas sejak 2017. Dari situ saya menyadari, mereka bukan tidak mampu, tapi tidak diberi cukup ruang. Cafe Tulus hadir untuk mengubah itu,” ujar Fadly dengan suara yang sarat empati.

Diskusi berjalan interaktif. Para peserta, yang sebagian besar merupakan mahasiswa aktif dari berbagai jurusan, tak ragu mengajukan pertanyaan mulai dari strategi mengelola bahan baku, hingga tips menghadapi pelanggan ketika barista yang melayani adalah teman tuli.

Dua mahasiswi, Nabila May Sweetha (Ilmu Politik) dan Hijratul Resky (Ilmu Komunikasi), tampak aktif berdiskusi dan tertarik untuk belajar lebih dalam tentang manajemen kafe inklusif.

Turut hadir Kasubdit Penyiapan Karir Unhas, Burhan Kadir, dan Kepala Pusat Disabilitas Unhas, Dr. Ishak Salim. Dalam sambutannya, Burhan menegaskan bahwa setiap mahasiswa, tanpa terkecuali, memiliki hak dan peluang yang sama untuk mengembangkan diri.

“Kami berkomitmen menghadirkan program yang membangun potensi dan kesiapan kerja bagi semua mahasiswa, termasuk teman-teman difabel. Inklusi bukan sekadar wacana, tapi tindakan nyata,” katanya.

Baca juga:  Mahasiswa Unhas Sukses Meraih Honorable Mention di International Mathematics Competition Bulgaria

Sebagai bentuk lanjutan dari komitmen tersebut, Unhas kini tengah mengembangkan Lounge Mosaic of Indonesia (MoI). Sarana ini dirancang khusus sebagai tempat pelatihan mahasiswa difabel di bidang food and beverage, lengkap dengan mesin kopi dan peralatan barista profesional.

Career Talk ini menjadi lebih dari sekadar sesi belajar. Ia adalah jendela bagi para mahasiswa difabel untuk melihat bahwa dunia kerja bisa menjadi ruang aman, ramah, dan terbuka—asal ada keberpihakan dan kesadaran bersama.

Dengan kegiatan seperti ini, Unhas menegaskan peran kampus bukan hanya mencetak lulusan, tetapi juga membentuk manusia yang berdaya, dihargai, dan dilibatkan dalam seluruh aspek kehidupan.(*)